Sekolah Bertahuk Budi Pekerti
Naskah : Himawan Susanto
Tujuh tahun sudah, sejak didirikan tanggal 28 Juki 2003 silam, Yayasan Budha Tzu Chi Indonesia memiliki tempat penyemaian cinta kasih dengan diresmikannya Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi yang berlokasi di Komplek Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng , Jawa Barat.
Misi pendidikan Tzu Chi adalah membentuk manusia seutuhnya, tidak hanya mengajarkan pengetahuan dan keterampilan, namun juga budi pekerti dan nilai-nilai kemanusiaan. Selain mendalami ilmu pengetahuan, para guru dan murid sama-sama belajar mengembanghkan cinta kasih dan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari. Prinsip Sekolah Cinta Kasih Tzu Chiuntuk menitikberatkan pada pendidikan budi pekerti menjadi ciri khas yang membedakannya dari sekolah lain. Selain itu pelestarian lingkungan yang dipupuk di sekolah juga menarik perhatian banyak pihak. Karena itu, Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi cukup sering menjadi tuan rumah kunjungan tokoh masyarakat , lembaga swadaya masyarakat hingga berbagai institusi pendidikan. Dari kunjungan-kunjungan ini terjalin hubungan yang saling mengembangkan dan ditemukan rekan-rekan yang satu visi dan perjuangan.
Belajar Tentang Lingkungan
"Waktu itu kami datang berkunjung tidak sendirian. Ada Santa Ursula dan Santa Theresia, karena kami ini memang dalam lingkup satu keluarga, cuma berbeda rumah , yaitu sama-sama dalam komisi pendidikan Ursulin," ujar Elly Sumarsih dari Sekolah Santa Maria. Pada tahun itu di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi ada program untuk mengajarkan agar anak peka terhadap lingkungan. "Nah yang paling sederhana adalah sampah. itu yang paling dekat an dilakukan oleh anak," tambahnya.
Bagi Elly kunjungan bersama itu memang mengasyikkan karena anan-anak langsung mendapatkan informasi cara mengubah sampah menjadi bahan yang berguna, serta latihan mempraktikannya. "Kalau di Santa Maria , usai kunjungan itu yang kami lakukan baru sampai kepada anak-anak membuang sampah pada tempatnya, tidak merusak tanaman, memberdayakan bapak-bapak bagian kebersihan untuk memilah sampah, dan mulai mencoba mengolah sampah organik baik yang berupa daun maupun sampah pasar dari SMK serta biara, menjadi pupuk untuk tanaman kami," kata Elly. Hal lain yang sudah dilakukan adalah himbauan kepada anak-anak untuk mebawa makanan sendiri dari rumah ke sekolah sehingga tidak terlalu banyak makan di kantin. Mereka juga membawa botol minuman sehingga tidak terlalu banyak sampah botol kemasan.
"Tadinya sampah plastik booming sekali, sekarang tidak terlalu banyak. BAhkan kini, setiap kali sekolah berpergian anak-anak juga diharapkan membawa botol minuman sendiri, kita dari sekolah menyiapkan galon air. Kami juga sudah melarang penggunaan styrofoam," paparnya. Hal positif lain yang didapat adalah sopan santun budi pekerti anak-anak Sekolah Tzu Chi . "Sekolah kami juga tidak saja memberikan pelajaran intelektual tetapi juga budi pekerti. Bagi kami , itu menjadi semangat bahwa kami tidak sendirian," pungkas Elly. Lagi menurut Elly , " Kami sangat angkat topi dengan cara hubungan guru dan murid di Sekolah Tzu Chi. Lalu penerapan aturan dan tata tertib , sangat menjadi contoh buat kami."
Unik dan Berbeda
"Kunjungan kami bermula dari pelajaran sosiologi. Kami disarankan oleh Ibu Kamelia Dewi Mulyani (konselor sekolah) untuk berkunjung ke Sekolah Tzu Chi, "ujar Nur Erliyanti dari sekolah Al-Izhar. "Ya,semua itu berawal dari observasi saya waktu kuliah. Kebetulan tugas akhir saya juga tentang Sekolah Tzu Chi,"kata Kamelia membenarkan.
Dalam kunjungan itu , siswa -siswi SMA Al-Izhar dan siswi-siswi Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi melakukan kegiatan bersama. Mereka berkeliling hingga ke rumah-rumah penduduk. "Kebetulan di Al-Izharini kan anak-anak menengah ke atas (tingkat ekonomi keluarganya -red). Jadi kita ingin menginspirasi mereka , bahwa mereka seharusnya bersyukur dengan fasilitas yang mereka miliki. Lebih bersungguh-sungguh, menjaga kebersihan. Kalau di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi bersih karena dijaga sendiri, kalau disini kan ada cleaning service-nya , " pungkas Kamelia.
Bagi Kamelia, satu yang menarik perhatiannya adalah banyaknya kata perenungan di dinding-dinding Sekolah Tzu Chi. "Banyak mengingatkan dahulu kta juga banyak, dari awal sudah ada,sekarang digalakkan kembali. Sebenarnya apa yang ada di Tzu Chi juga da disini, " tuturnya. Hal menarik lain bagi Kamelia adalah para guru dan murid-murid di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi membawa tempat makan sendiri, namun yang paling menarik tentu pelajaran budi pekertinya. Anak-anak dididik dengan contoh seperti mengepel lantai dengan perut yang buncit ataupun telur ayam di dalam plastik yang dimasukkan ke saku baju untuk merasakan derita ibu sewaktu mengandung.
"Anak-anak bisa langsung akrab dan tidak sungkan-sungkan. Fasilitas dan kelasnya juga baik," tandas Kamelia berpendapat. Ia pun lantas berujar, "Guru-gurunya di sana mendidik dengan tidak kenal lelah. Tagline Sekolah Tzu Chi yaitu budi pekerti membuat kita jadi ikut refresh kembali."
Pendapat yang hampir senada dengan Elly Sumarsih dari Santa Maria dan Kamelia Dewi dari Al-Izhar , disampaikan oleh Iskandar Kepala Seksi SMP Suku Dinas Pendidikan JAkarta Barat yang mengatakan Sekolah Cinta Kasih berbeda daripada yang lain. "Pihak Yayasan Tzu Chi sungguh-sungguh memberikan perhatian kepada dunia pendidikan. Dan hal ini sangat membantu kami dari pihak pemerintah dalam program pendidikan 9 tahun,"jelasnya . Berbagai pencapaian telah direngkuh oleh Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi di usianya yang ketujuh, semua itu laksana motivasi tambahan bagi sekolah khususnya para pengajar untuk terus mewujudkan cita-cita misi pendidikan Tzu Chi.
Sumber :
Dunia Tzu Chi,Vol.10 , N0.3,September-Desember 2010 hal X-XI
www.gunadarma.ac.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar