PROPOSAL PENELITIAN USAHA PEMBIBITAN KAKAO
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bumi nusantara yang dikenal sebagai Negara agraris
menyadarkan bahwa kebutuhan hidup penduduk dari hasil produksi dilapangan
pertanian.
Garis-garis besar Negara mengamanatkan peran serta
petani begitu luas dan menyentuh hamper kehidupan manusia Indonesia.
Kakao
merupakan salah satu komoditi ekspor non migas yang memiliki prospek yang cukup
cerah sebab permintaan dalam negeri semakin kuat dengan berkembangnya sector
agroindustri.
Pada masa yang akan datang, komoditi biji cokelat
diharapkan menduduki tempat yang sejajar dengan sawit dan karet.
1.2. Perumusan Masalah
1. Berapa besar keuntungan pembibitan
petani kakao dalam 1 tahun.
2. Bagaimana
efisiensi keuntungan biaya produksi dalam usaha tani kakao. Didesa noling,
kecamatan bupon, kabupaten luwu.
1.3. Tujuan dan Kegunaan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1.
Untuk mengetahui besarnya keuntungan pembibitan kakao.
2.
Untuk mengetahui efisiensi penggunaan keuntungan biaya produksi dalam usaha
bibit kakao.
Adapun
kegunaan penelitian yaitu:
1. Diharapkan akan memberikan informasi baru bagi
kebijaksanaan perkebunan terutama bagi pengembangan tanaman kakao.
2. Sebagai bahan informasi petani dalam mengusahakan
usaha tani kakao agar bias memberikan keuntungan yang lebih baik.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1.
Tanah Sebagai Faktor Produksi
Alam
adalah salah satu faktor produksi dari empat factor produksi yang kita kenal.
2.2.
Botani Tanaman Kakao
2.2.1. Sistematika
Sistematika dari tanaman cokelat adalah sebagai
berikut:
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Malvales
Familia : Steraliceae
Genus : Theobroma
Species : Theobroma Cacao
2.2.2. Morfolog
1. Akar
Akar cokelat adalah akar tunggang (radix primaria)
perakaran cokelat tumbuh cepat pada bibit dari biji yang berkecambah,
2. Batang
Cokelat dapat tumbuh sampai ketinggian 8 – 10 cm
dari pangkal batangnya pada permukaan tanah.
3. Daun
Daun cokelat terdiri atas tangkai daun dan helai
daun.
4. Bunga
Jumlah bunga cokelat mencapai 5000 – 12000 per pohon
per tahun, tetapi jumlah buah matang yang dihasilkannya hanya berkisar satu
persen saja.
5. Buah
Buah cokelat berupa buni yang daging bijinya sangat
lunak.
6. Biji
Biji tersusun dalam lima baris mengelilingi poros
buah. Jumlahnya beragam, yaitu 20 – 50 butir per buah.
2.3.
Syarat Tumbuh
Tanaman kakao memerlukan struktur tanah dan
pengairan yang baik, tanah harus lembab, tekstur tanah harus sedang, yang
terdiri atas tanah hutan, bekas ladang (tegalan) atau bekas perkebunan seperti
karet dan kopi.
Tanaman kakao akan tumbuh dengan baik pada tanah
yang memiliki keasaman (pH) 6-7, tidak lebih tinggi dari dari 8 serta tidak
lebih rendah dari 4, Ph yang ideal bagi kakao adalah 5,6 – 7,2. Tanaman kakao
tumbuh baik pada daerah yang terletak antara 20o LS dan 20o LU,
2.4.
Intensifikasi
Untuk mendapatkan pertumbuhan dan produksi bibit
yang baik maka perlu menerapkan pola intensifikasi.
2.4.1. Penggunaan Benih
Sebaiknya bibit diambil dari pohon induk yang sehat,
dengan memilih buah yang bebas dari hama dan penyakit. Atau bibit unggul yang
bermutu memiliki sifat genetic dengan potensi produktifitas yang tinggi.
2.4.2. Perkecambahan Benih
Cara
mengecambahkan benih kakao ada dua macam yaitu, dengan karung goni dan dengan
media pasir atau bedengan.
1. Perkecambahan Dengan Karung Goni
Perkecambahan
dengan karung goni lebih praktis dari pada bedengan.
2. Perkecambahan Dengan Bedengan
Tanah untuk
bedengan harus bebas dari gulma dan batuan. Bedengan harus diratakan, dan
diberi penguat dari kayu, bambu atau dari batu merah pada tepi bedengan.
2.4.3. Pembibitan
Tempat pembibitan kakao perlu memperhatikan beberapa
factor yaitu:
1. Dekat sumber air, mudah diawasi, tempatnya
datar, drainasenya baik, terlindung dari angin yang kencang dan sinar matahari
langsung, dan tidak terganggu oleh hama.
2. Tempat pembibitan perlu naungan untuk
menahan sinar matahari dan angin yang kencang.
3. Media polybag adalah campuran dari tanah
yang subur (top soil), pasir, dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1 : 1
atau 2 : 2 : 1.
4. Polybag yang dipergunakan adalah yang
transparan atau berwarna hitam dengan ukuran 30 x 20 cm tebal 0,08 mm dan
dengan lubang sebanyak 18.
5. Sebelum diisi dengan kecambah, polybag
diatur dengan jarak 15 x 15 cm atau 15 x 30 cm.
6. Kemudian disiram dengan air sampai cukup
lembab dan bibit ditanam dalam lubang yang dibuat dengan jari atau kayu.
7. Agar tidak rusak karena penyiraman dan
kelembapan terjamin maka dalam polybag dapat diberi seresah dari cincangan
rumput yang tidak mengandung biji.
2.4.4. Pemeliharaan Bibit
Untuk memperoleh bibit yang baik perlu
adanya pemeliharaan sebagai berikut:
1. Penyiraman
Penyiraman dilakukan 2 kali sehari
sampai umur bibit dua bulan menurut keadaan cuaca.
2. Penyiangan
Tempat pembibitan dijaga kebersihannya
dari gulma,
3. Pemupukan
Untuk menjaga kesuburan tanah perlu dilakukan
pemupukan pada bibit dalam polybag. Disamping pemupukan melalui tanah, dapat
juga diberi pupuk tambahan melalui daun. Pemupukan tumbuhan dapat pula dengan
pupuk organic,
4. Pengaturan naungan
Cara mengurangi naungan adalah dengan mengatur
kerapatan naungan. Bila naungan dari daun kelapa atau anyaman bamboo atau daun
dan alang pengurangannya dapat dilakukan dengan mudah.
5. Pengendalian hama dan penyakit
Hama dan penyakit yang sering menyerang pembibitan
adalah ulat kantong, ulat jengkal, belalang, kutu putih, dan penggerek Zeuzera
Sp, sedangkan penyakit yang sering menyerang pembibitan adalah VSD, Phytophora,
Palmivora, Colletotrichum, Gloeospo Rivides, dan Corticium Salmonicolor.
2.5. Hipotesis
1. Diduga
pembibitan kakao didesa noling kecamatan bupon kabupaten luwu yang dilakukan
oleh petani memberikan keuntungan.
2. Diduga
efisiensi keuntungan biaya produksi dalam usaha tani kakao didesa noling
kecamatan bupon kabupaten luwu. Menunjukkan efisiensi.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
3.1.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di
Desa Noling, Kecamatan Bupon, Kabupaten luwu, lokasi ini sengaja dipilih karena
ada sebagian dari petaninya mengusahakan sebagai penjual bibit kakao. Waktu
pelaksanaan dari bulan Februari – Maret 2012.
3.2.
Tekhnik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini pengambilan data
primer dilakukan dengan menggunakan data pertanyaan atau kuisioner dan
wawancara langsung dengan petani responden.
Data sekunder diperoleh dari berbagai
instansi yang erat hubungannya dengan penelitian ini.
3.3.
Penentuan Responden
Penentuan responden dilakukan secara
acak sederhana yaitu mengambil sampel 10 % dari total populasi sebanyak 250
orang =25 orang.(Sujana, 1992).
3.4.
Analisis Data
Untuk menggambarkan besarnya tingkat
keuntungan yang diperoleh petani, dianalisis dengan rumus:
π
= TR – TC
Dimana
:
π
= pendapatan bersih (Rp)
TR
= Total penerimaan (Rp)
TC
= Total biaya yang dikeluarkan (Rp)
Untuk mengetahui efisiensi penggunaan
biaya produksi kakao maka digunakan rumus:
R/C
Ratio = (soekarwati, 1990)
R/C
Ratio > 1 usaha tani kakao efisien
R/C
Ratio = 1 usaha tani kakao impas
R/C
Ratio < 1 usaha tani kakao rugi
3.5.
Defenisi Operasional
Untuk menjaga jangan sampai ada
kerancuan dalam memberikan persepsi maka disusun suatu konsep operasional
seperti:
1. Petani adalah orang yang terlibat langsung
dalam proses usaha tani untuk kelangsungan hidupnya.
2. Pengusaha
lahan adalah lahan kebun yang dikuasai oleh seseorang baik sebagai penggarap
maupun sebagai pengelola.
3.
Penerimaan adalah jumlah
produksi yang diperoleh usaha budidaya tanaman kakao yang dikalikan harga per
unit produksi dalam rupiah (Rp).
4.
Pendapatan (keuntungan)
adalah selisih dari total penerimaan dengan total biaya produksi dalam rupiah
per tahun.
5.
Biaya produksi adalah seluruh
biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dalam rupiah (Rp).
6. Biaya
variable adalah biaya yang bias habis digunakan dalam suatu proses produksi
(klik link dibawah ini untuk melanjutkan membaca langsung dari sumbernya).
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar